“Sebuah Tanya”
“Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari
yang biasa pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui,
apakah kau masih berbicara selembut
dahulu?
meminrtaku minum susu dan tidur yang
lelap?
sambil membenamkan leher kemejaku?”
(kabut tipispun turun pelan-pelan dilembah
kasih, lembah mandala wangi. kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang
seram. meresapi belaian angin yang menjadi dingin.)
“apakah kau masih membelaiku semesra
dahulu, ketika ku dekap kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat.”
(lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang
sepi, kota kita berdua yang tua dan terlena dalam mimpinya. Kau dan aku
berbicara. tanpa kata, tanpa suara, ketika malam yang basah menyelimutu kota
kita)
“Apakah kau masih akan berkata, kudegar
derap jantungmu. Kita begitu bebrbeda dala semu.. “Kecuali Dalam Cinta……”
(Hari pun menjadi malam, kulihat semuanya
menjadi muram. Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang
tidak kita mengerti, seperti kabut pagi itu.)
Manisku, aku akan jalan terus membawa
kenangan-kenangan dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru……..
-SHG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar