Akibat
Keputusan-keputusan Yang Tidak etis
Keputusan yang tidak etis bisanya timbul jika
pengambilan keputusan hanya untuk menguntungkan diri sendiri dari
pada pemegang kepentingan (karyawan, pemegang saham, lingkungan ).
Praktek bisnis yang tidak etis dapat berpengaruh tidak baik
terhadap nilai perusahaan.
Karyawan
terus menerus membuat keputusan bisnis yang mungkin dipengaruhi oleh etika
bisnis. Dibawah
ini contoh keputusan bisnis yang tidak etis.
o Seorang karyawan perusahaan komputer
yang dibayar berdasarkan komisi cenderung menjual komputer jauh lebih mahal
kepada pelanggan dari pada yang diperlukan.Akibatnya keuntungan untuk karyawan
akibat sebaliknya untuk pelanggan.
o Seorang manajer memperkerjakan seorang
teman walaupun teman tersebut bukan pelamar yang baik.Akibatnya keuntungan bagi
manajer,akibat sebaliknya untuk pelamar lain yang sebenarnya lebih pantas
mendapatkan pekerjaan tersebut.
o Agar pengeluaran tetap rendah,seorang
karyawan perusahaan membuang barang produksi ketempat sampah daripada membuang
di tempat pembuangan limbah secara benar.Akibatnya keuntungan untuk
karyawan,akibat sebaliknya untuk lingkungan.
o Manajer perusahaan memutuskan menutup
pabriknya dan membuat baru di kampung halamannya tempat ia tinggal.Pengeluaran
dari pabrik baru akan lebih tinggi,tetapi manajer dapat kembali kekampung
halamnnya.Akibatnya keuntungan untuk manajer,sebaliknya akibat untuk komunitas
pabrik dahulu berada dan pada pemegang saham.
o Seorang manajer perusahaan cenderung
menghindari membayar beberapa karyawan untuk bekarja beberapa jam sehingga ia
dapat mengurangi pengeluaran dan mungkin dapat bonus lebih tinggi karena dapat
menekan pengeluaran tetap rendah.
Terlihat
bahwa setiap keputusan ini menguntungkan karyawan secara pribadi atas biaya
satu atau lebih pemegang kepentingan perusahaan ayau lingkungan.Keputusan yang
tidak etis biasanya tmbul jika pengambil keputusan membuat keputusan yang
dimaksudkan untuk diri sendiri dari pada pemegang kepentingan.
Bentuk akibat penyimpangan etika bisnis
internal perusahaan antara lain terjadinya ketegangan diametris hubungan atasan
dengan bawahan. Seperti diungkapkan di atas hal ini terjadi karena
ketimpangan antara lain dalam proses penilaian kinerja, standar
penilaian, dan perbedaan persepsi atasan-bawahan tentang hasil penilaian kinerja.
Selain itu ukuran atau standar tentang karir sering tidak jelas. Dalam hal ini
pihak manajemen memberlakukan tindakan yang tidak adil. Mereka menetapkan nilai
sikap, gaya hubungan kepada atasan, dan loyalitas kepada atasan yang tinggi
lebih besar ketimbang nilai kinerja faktual karyawannya. Kasus lainnya adalah
diterapkannya model nepotisme dalam penseleksian karyawan baru.
Pertimbangan-pertimbangan rasional diabaikan. Termasuk dalam proses rekrutmen
internal. Jelas saja mereka yang potensial tersisihkan. Pada gilirannya akan
terjadi kekecewaan karyawan yang unggul dan kemudian keluar dari perusahaan.
Dari contoh-contoh di atas maka tampak
pihak perusahaan lebih mengutamakan kepentingan meraih keuntungan ketimbangan
menciptakan kepentingan karyawan secara adil.Untuk memperkecil terjadi
penyimpangan penerapan etika bisnis maka perusahaan perlu (a) mengenali
respon orang terhadap suatu masalah ketika dihadapkan pada sesuatu yang
dilematis dan ketidak-konsistenan, (b) melihat etika bisnis dari resiko yang
dihadapi seseorang apakah dengan keputusan personal ataukah keputusan sebagian
besar orang lain ataukah pertimbangan keputusan berbasis kepentingan
perusahaan yang lebih besar secara keseluruhan , dan (3) etika harus
ditempatkan sebagai penerapan system nilai suatu visi dan budaya perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar